Sabtu, 21 April 2012

Ternyata Pyramid Giza dibangun dari Tanah Liat



FaktaTernyata Piramida Agung Giza dibangun dari tanah liat.

Siapa yang tidak mengenal Piramida Agung Giza di Mesir? Bangunan yang menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno, dibangun oleh orang Mesir kuno 5000 tahun yang lalu.

Namun hingga saat ini belum ada tandingannya. Konon, menurut cerita turun-temurun, bangunan raksasa yang terlihat jelas dari bulan itu, dibangun dengan menggunakan batu granite ukuran raksasa pula. Di antara piramida-piramida Mesir, yang terbesar adalah Piramida Khufu, mempunyai ketinggian 146m. Diyakini dibangun pada masa kekuasaan Firáun Khufu yaitu pada tahun 2560 SM.

Para arkeolog Mesir dan dunia berpendapat, bahwa Piramida Agung Giza dibangun dengan konstruksi blok batu granite yang berjumlah 2.300.000 blok batu, di ambil dari wilayah Aswan. Setiap blok batu mempunyai bobot 2.5 ton. Proses pembangunannya memakan waktu selama 30 tahun, dengan melibatkan 100.000 orang pekerja. Keyakinan tersebut terus berlanjut hingga akhir abad ke-19 Masehi.

Profesor Davidovits mengatakan, bahwa tanah liat dan bahan lainnya diambil dari sepanjang Suangai Nil, lalu bahan-bahan tersebut disatukan dengan bahan campuran lainnya dalam sebuah wadah. Campuran semua unsur tanah liat ini selanjutnya dipanaskan pada suhu tinggi, sehingga menyebabkan komponen-komponen kimiawi dari bahan-bahan tersebut saling berinteraksi dan membentuk sejenis batu.

Guna memudahkan membawa material tersebut ke lokasi piramida, campuran tanah liat tersebut ditaburi dengan zat garam, setelah agak mencair barulah tanah liat tersebut diangkut dan ditempatkan dalam cetakan kayu yang telah dipersiapkan. Selanjutnya dengan bantuan panas matahari, campuran tanah liat tersebut akan membentuk batu persis seperti batu gunung berapi, yang terbentuk jutaan tahun lalu. Dengan teknis semacam ini, menjadikan semua blok batu memiliki ukuran dan potongan yang sama.


Percobaan yang dilakukan oleh Profesor Davidovits menggunakan Nanoteknologi (cabang teknik yang berhubungan dengan hal-hal kecil dari 100 nanometer), membuktikan adanya sejumlah besar unsur air dalam bebatuan. Jumlah tersebut seharusnya tidak ada, seperti pada batu alam kebanyakan.

Tes mikroskop elektronik yang digunakan untuk menganalisis sampel dari batu piramida. Hasilnya, sesuai dengan pendapat Prof. Davidovits, dan kristal kuarsa jelas muncul sebagai hasil dari pemanasan lumpur. Analisis dengan skala Mini E menunjukkan adanya silikon dioksida juga. Sehingga hal ini membuktikan bahwa batu-batu tersebut tidak alami.

Selain itu, dalam bukunya “Ils ont bati les pyramides” (cara membangun piramida) yang diterbitkan tahun 2002, Profesor Davidovits telah menjelaskan semua teka-teki yang selama ini menjadi perdebatan para arkeolog, sekitar cara Piramida Agung Giza dibangun. Selain itu, ia juga mereka ulang mekanisme konstruksi sederhana geometris dari lumpur.

Selanjutnya pada bulan Desember 2006, sejumlah arkeolog besar dunia seperti, Michel Barsoum, Adrish Ganguly, dan Gilles Hug telah mempublikasikan pendapat mereka di The Journal of the American Ceramic Society, yaitu medukung hasil temuan Profesor Davidovits berkaitan proses pembangunan Piramida Agung Giza. Teknis pembangunan piramida, juga menjadi rahasia Firáun Mesir. Dari jutaan testamen yang ada, tidak satupun yang menjelaskan sekitar teknis pembangunan Piramida Agung Giza secara detail.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan anda.
Saran dan pendapat dapat dikirimkan di email kami seputar_fakta@rocketmail.com atau Twitter kami @SFakta.

Silahkan kirim komentar anda dikotak yang tersedia.